Waktu saya dan keluarga berbelanja bulanan di salah satu pusat perbelanjaan di kota Medan, saya dan mungkin orang-orang yang berada di dekat saya pun merasa kaget ketika seorang Ibu membentak anaknya yang sedang menangis histeris karena ingin dibelikan sesuatu, tapi tak dipenuhi oleh ibunya. Disaat itu juga saya langsung mengalihkan penglihatan baby Asraf ke arah yang lain khawatir jika saja ia mencontoh hal tersebut.
Emosi mungkin menguasai para bunda ketika anak rewel dan menangis tiada berhenti, apalagi jika si anak menangisnya didepan umum seperti kejadian di pusat perbelanjaan tadi. Namun tahukah Bunda jika membentak dan bersuara keras pada anak yang menangis bukanlah suatu cara yang benar terlebih jika tujuannya untuk mengajarkan sesuatu hal kepada anak. Anak yang cengeng bisa saja disebabkan oleh didikan orang tua yang dari awal sudah salah. Dan jujur hingga saat ini pun Saya masih belajar cara mendidik anak yang benar.
Beberapa waktu yang lalu Saya sempat berbincang dengan seorang teman yang kebetulan adalah seorang psikolog anak. Pada kesempatan tersebut Saya bertanya dengan beliau tentang cara mendidik khususnya apa saja hal dapat membuat anak menjadi cengeng. Penasaran dengan jawabannya? Silahkan Bunda simak beberapa hal yang menyebabkan anak menjadi cengeng berikut ini.
1. Terlalu Memanjakan Anak
Semua orang tua pasti sangatlah menyayangi anaknya, begitu pun dengan Saya, tapi bukan berarti apapun yang diinginkan dan diminta oleh anak langsung diberikan tanpa memikirkan apakah baik untuk si anak kedepannya atau tidak. Anak yang dimanjakan akan membuat anak menjadi cengeng. Karena anak dapat menggunakan tangisannya untuk memperoleh apa saja yang diinginkannya. Apalagi jika anak sudah mengetahui "celah" orang tuanya akan memberikan apapun jika si anak menangis, Maka menangis akan menjadi "senjata" si anak untuk memperoleh apa yang ia inginkan.
Lantas apakah tindakan si anak ini salah? Jelas, ini bukanlah salah si anak, melainkan murni kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Cara baiknya adalah orang tua seharusnya tegas kepada anak, bukan keras terhadap anak. Saya sering dikatakan oleh nenek Asraf sebagai ibu yang kejam, yang membiarkan anaknya menangis sampai terisak-isak. Hal ini saya lakukan karena ini merupakan proses pembelajaran agar Asraf tidak menjadi anak yang cengeng. Mungkin saat ini terlihat kejam tapi hasilnya akan terlihat saat anak memasuki usia diatas tiga tahun. Perlahan ia akan menjadi anak yang kuat dan tanpa ada tangisan ketika menginginkan sesuatu.
2. Terlalu Sering mengatakan "Jangan!"
Setiap orang tua pasti ada ketakutan dan kekhawatiran kalau saja anak terjatuh saat bermain ataupun terkena hal apapun yang dapat membuat ia terluka, apalagi jika anak Bunda adalah seorang perempuan, pasti sangat amat dijaga agar tidak tergores satu sentipun. Tapi tahukah bunda, jika hal itu dapat membuat anak menjadi penakut, pencemas ataupun tidak percaya diri? Ujung-ujungnya, apapun yang hendak dilakukannya si anak akan merasakan kekhawatiran yang hebat kemudian menangis.
Nah cara yang paling tepat agar ia menjadi anak pemberani adalah dengan membiarkannya mengeksplore apapun yang ingin ia ketahui. Anak yang memasuki usia 1-3 tahun memang memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar, ingin mencoba semua hal-hal baru yang ia temui.
Saya sendiri selalu membiarkan baby Asraf untuk melakukan apapun yang ia suka. Seperti memanjat meja, lemari, pagar, hingga jeruji jendela yang tingginya sekitar 2 meter. Ini merupakan proses belajar untuknya agar kelak Asraf menjadi anak lelaki yang pemberani dan kuat. Jika bayi anda perempuan mungkin cara belajarnya berbeda lagi. Yang terpenting adalah apapun yang dilakukan anak jangan sampai lepas dari pengawasan orang tua.
3. Orang Tua yang Plin Plan
Jangan anda mengira anak batita tidak memiliki akal yang cerdas. Batita memiliki kecerdasan yang sempurna, daya ingat yang masih kuat oleh sebab itu batita merupakan peniru yang paling handal. Mungkin anda boleh membuka youtube video-video tingkah laku cerdas batita dalam menyelesaikan masalah.
Saya kasih contoh, ada anak yang selalu menangis saat melakukan kesalahan," siapa yang dilemparnya botol siapa yang menangis " orang tua yang awalnya ingin menegur dan menghukumnya menjadi iba dan mengurungkan niat tersebut. Meski masih batita, anak sudah bisa menandai,jika ia menggunakan tangisannya sebagai cara agar terhindar dari teguran & hukuman.
Anak yang cengeng karena salah didikan orang tua berbeda dengan anak yang memiliki sifat sensitifitas yang tinggi. Anak yang memiliki sifat sensitif pun mengungkapkannya dari tangisan, misalnya mendengar suara orang tua yang kuat dia menyangka orang tuanya membentaknya padahal tidak atau hal-hal kecil yang mungkin kita anggap hal biasa tapi tidak untuk sianak. Sifat ini didapatkan dari sianak yang mungkin terbawa dari sejak janin saat sang ibu hamil, kondisi emosional saat ibu hamil tidak mendukung misalnya stress karena suatu pekerjaan ataupun masalah yang tak terselesaikan. Bukan hal yang tidak mungkin jika hal ini menularkan sifat sensitif sampai dengan usia batita. Maka, dari itu orang tua kan selalu menasehatkan untuk ibu hamil jangan terlalu memikirkan hal yang rumit dan menganggu psikologis dan psikis sang ibu akan mempengaruhi janin.
Nah, bagaimana solusi dan cara menyiasati anak yang memiliki sifat sensitif ?
Sebagian besar anak yang memiliki sifat sensitif adalah anak yang berkepribadian lembut dan anti kekerasan. Ia akan menangis jika ia disentak oleh suara keras dari siapa saja, walaupun sentakkan bukan diperuntukkan ke dia, tapi karena sifatnya tersebut yang membuat ia merasa dan akhirnya ia menangis. Maka bunda, jika anak bunda seperti itu cara mendiamkan anak anda sangat mudah cukup dengan membawanya ke tempat yang tenang dan berbicaralah pelan. Mungkin anda akan berpikir itu hal yang mustahil, akan mustahil karena anda belum mencoba. Beri ia ruang dan jelaskan bahwa apa yang ia lakukan salah, dan menangis juga bukan suatu penyelesaian yang tepat. Anda dan anak anda memiliki keterikatan batin yang kuat, maka jika anda menjelaskannya dengan tenang maka anak anda akan mengerti apa yang anda inginkan.
Menurut para psikolog, anak yang terlalu sensitif hanya perlu merasa aman dan membutuhkan dukungan dari orang tua agar dapat lebih percaya diri, sehingga mampu mengenali kekuatannya sendiri dalam melawan rasa takut. Menakut-nakutinya akan hal yang seram adalah cara yang salah untuk mendidiknya walaupun mungkin niat anda baik untuknya. Seperti contohnya, untuk mendisiplinkan baby Asraf tidur tepat waktu saya dan suami jam 8 sudah mematikan lampu kamar dan bersiap untuk tidur. Jadi, secara tidak langsung, si anak berpikir kalau sudah mematikan lampu sudah waktunya untuk ia tidur dan ia pun melihat kedua orang tuanya tidur. Maka itu waktu saya menulis yagh... tengah malam sampai pagi.
Jika anak memiliki kebiasaan mudah sekali menangis, Anda masih bisa memperbaiki perilakunya. Orangtua hanya perlu bersabar dalam memberikan penjelasan dan menstimulasi anak untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. Komunikasi yang baik perlu dibangun agar anak belajar mengungkapkan kebutuhannya, bukan dengan menangis tanpa sebab.
Semoga membantu anda para mommy
Salam KEB Medan
selalu menuruti kemauan anak itu juga gak bagus... jika suatu saat ortu gak bisa memnuhinya..maka dia berontak..
ReplyDelete